Selasa, 15 Desember 2015

sanad dan matan hadist

PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN MATAN HADIS


Description: E:\kembar\logo_uin.jpg


Disusun oleh :
Risydatussalma Septyandini
Lucky Anjani
Helmy Ariefandi

PROGRAM STUDI PERBANKA SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVRSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA 2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “pengertian dan kedudukan matan hadis.”

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang  qur’an dan hadis, makalah ini kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, baik dari internet maupun dari buku langsung.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, program studi Perbankan Syariah. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada para pembaca kami mengharapkan kritik dan saran demi  perbaikan  pembuatan makalah ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


DAFTAR ISI


Contents





BAB I PENDAHULUAN


Latar Belakang

Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada setiap hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan. Suatu berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan sanad, meskipun bersambung sampai rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadist.
Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadist, matan dan sanad diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari rasul atau bukan.Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.

A.  RUMUSAN MASALAH

1.      Apa definisi, kedudukan, dan urgensi sanad hadis ?
2.      Apa saja sebab-sebab terjadinya perbedaan sanad ?
3.      Apa saja bagian-bagian yang diteliti dalam sanad ?
4.      Apa saja langkah-langkah dalam penelitian sanad ?
5.      Apakah yang dimaksud pengertian dan kedudukan matan hadis ?
6.      Apa saja sebab-sebab terjadinya perbedaan matan hadis ?
7.      Apa saja faktor-faktor pentingnya penelitian matan ?
8.      Apa saja bagian-bagian yang diteliti serta langkah-langkah penelitian matan ?




BAB II PEMBAHASAN


1.    Definisi, urgensi, dan kedudukan sanad hadis

Kata sanad menurut bahasa  ialah sesuatu yang kita bersandar kepadanya, baik itu berupa tembok dan yang lainnya. Kata sanad juga dapat diartikan dengan punggung atau puncak bukit. Dalam istilah ahli hadis, sanad ialah” jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis”. Ulama yang lain misalnya, al-Syayuthi mengatakan bahwa sanad  ialah, menerangkan tentang jalan yang manyampaikan kita kepada matan hadis, ia menyamakan dengan isnad menurut sebagian ulama hadis. Sanad, kadang diartikan thariq(jalan) dan juga wajh, digunakan dalam maksud yang sama.  Sanad memegang peranan penting dalam menentukan keabsahan  suatu hadis, sampai-sampai ia dipandang setengah dari agama.
Urgensi sanad dalam kajian hadist dapat dilihat dari ungkapan Ibn Sirin yang menejajarkan sanad dengan agama. Oleh karena itu dalam mengembil sanad hendaklah dilihat darimana sanad itu berada. Demikian juga pendapat Abdullah ibn Mubarrak yang menjadikan sanad sebagi bagian dari agama. Dua pendapat ulama tersebut sudah dapat mewakili pentingnya sanad dalam hadist. Di samping itu penulis kontenporer masalah hadist M.M. Azami juga menulis tentang Isnad and its Signifinance.
Semakin banyak periwayat hadist yang meriwayatkan suatu hadis maka semakin baik. Hadis yang hanya diriwayatkan oleh beberapa orang saja disebut dengan hadis ahad dan apabila diriwayatkan oleh banyak orang tiap tingkatannya semakin banyak serta tidak memungkinkan mereka itu berkumpul untuk berbohong maka hadis tersebut dihukumi sebagai hadist mutawatir.
Metode penggunaan sanad dalam hadis bukanlah suatu hal yang baru dalam tradisi Arab. Tradisi sanad sudah ada jauh sebelum Islam datang, misalnya dalam kitab Yahudi(Mishna). Namun, sanad baru berkembang sebagai metode sejak adanya Islam.
Penggunaan sanad dalam islam pada awalnya dalam bentuk sederhana dan semakin berkembang setelah Islam berkembang luas. Sanad dalam bentuk awalnya sering dipakai sahabat dalam meriwatkan hadis dengan menyndarkan diri kepada Rasulullah saw. Hal ini dilakukan sahabat kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, tabi’in dan sterusnya sampai adanya  pembukaan hadis dengan munculnya beberapa ulama hadist.
Berbeda dengan pendapat di atas, kebanyakan di kalangan sarjana Barat tidak memahami bahwa pemakaian isnad sejak tahun 94H dimana sahabat Urwah adalah orang pertama menghimpun hadis nabi. Pada awal pemakaian ini, belum disebut isnad dan yang dijadikan rujukan hanyalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, pemakaian sanad baru ada jauh setelah Rasulullah saw wafat.

2.    Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Sanad

Perbedaan sanad terjadi karema hadis dari Rasulullah itu perowinya banyak jadi ada yang sanadnya langsung ke Aisyah sebagai perowi terdekat Rasulullah dan ada pula yang melalui beberapa sahabat Rasulullah. Jadi oleh sebab itu mengapa ada hadis dhoif karena bisa jadi perowinya banyak tapi tidak sampai ke Rasulullah.

3.    Bagian-bagian yang Diteliti Dalam Sanad


1.    Kaidah-kaidah Mayor Kritik Sanad dan Matan
Kaidah kritik sanad dan matan hadits dapat diketahui dari pengertian istilah hadits shahih. Menurut ulama hadits, misalnya Ibnu al-Shalah (w. 643 H), menyatakan bahwa hadits shahih ialah “Hadits yang bersambung sanadnya sampai kepada Nabi, diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dhabit sampai akhir sanad, di dalam hadits itu tidak terdapat kejanggalan (syudzuz) dan kecacatan (illat)”.
Dari istilah pengertian tersebut, dapat diuraikan unsur-unsur hadits shahih menjadi:
1.      Sanadnya bersambung sampai kepada Nabi.
2.      Periwayatnya bersifat adil.
3.      Periwayatnya bersifat dhabit.
4.      Di dalam hadits itu tidak terdapat kejanggalan (syudzuz).
5.      Di dalam hadits itu tidak terdapat kecacatan (illat).
Lima unsur yang terdapat dalam kaidah mayor untuk sanad di atas sesungguhnya dapat didapatkan menjadi tiga unsur saja, yakni unsur-unsur terhindari dari syudzuz dan terhindar dari illat dimasukkan pada unsur pertama dan ketiga. Pemadatan unsur-unsur itu tidak mengganggu substansi kaidah sebab hanya bersifat metodologi untuk menghindari terjadinya tumpang tindih unsur-unsur, khususnya dalam kaidah minor.
2. Kaidah-kaidah Minor dalam Kritik Sanad
Apabila masing-masing unsur kaidah mayor bagi keshahihan sanad disertakan unsur-unsur kaidah minornya, maka dapat dikemukakan butir-butirnya sebagai berikut:
1.      Unsur kaidah mayor yang pertama, sanad bersambung, mengandung unsur-     unsur kaidah minor:
a.       Muttasil (bersambung)
b.      Marfu’ (bersandar kepada nabi)
c.       Mahfuz (terhindar dari syudzuz)
d.      Bukan Muall (bercacat)  
2.      Unsur kaidah mayor yang kedua, periwayatnya bersifat adil, mengandung unsur-unsur kaidah minor:
a.       Beragama Islam
b.      Mukallaf (balig dan berakal sehat)
c.       Melaksanakan ketentuan agama Islam
d.      Memelihara adab
3.      Unsur kaidah mayor yang ketiga, periwayatnya bersifat dhabit, mengandung unsur-unsur kaidah minor:
a.       Hapal dengan baik hadits yang diriwayatkannya.
b.      Mampu dengan baik menyampaikan riwayat hadits yang dihapalnya kepada orang lain.
c.       Terhindar dari syudzuz.
d.      Terhindar dari illat.
Dengan acuan kaidah mayor dan kaidah minor bagi sanad tersebut, maka penelitian sanad hadits dilaksanakan. Sepanjang semua unsur diterapkan secara benar dan cermat, maka penelitian akan menghasilkan kualitas sanad dengan tingkat akurasi yang tinggi.

4.         Kaidah-kaidah Minor dengan Kritik Matan
Kaidah mayor untuk matan, sebagaimana telah disebutkan, ada dua macam, yakni terhindar dari syuzuz dan terhindar dari illat. Ulama hadis tampaknya mengalami kesulitan untuk mengemukakan klasifikasi unsur-unsur kaidah minornya secara rinci dan sistematik. Dinyatakan demikian, karena dalam kitab-kitab yang membahas penelitian hadits, sepanjang yang penulis telah mengkajinya, tidak terdapat penjelasan klasifikasi unsur-unsur kaidah minor berdasarkan unsur-unsur kaidah mayornya. Padahal untuk sanad, klasifikasi itu dijelaskan.
Pernyataan tersebut tidak dimaksudkan bahwa ulama hadits tidak menggunakan tolok ukur dalam meneliti matan. Tolok ukur itu telah ada, hanya saja dalam penggunaannya, ulama hadis menempuh jalan secara langsung tanpa bertahap menurut unsur tahapan kaidah mayor, misalnya dengan memperbandingkan matan hadis yang sedang diteliti dengan dalil naqli tertentu yang lebih kuat dan relevan. Jadi, kegiatan penelitian tidak diklasifikasi, misalnya langkah pertama meneliti kemungkinan adanya syuzuz dengan unsur-unsur kaidah minornya, lalu diikuti langkah berikutnya meneliti kemungkinan adanya illat dengan unsur-unsur kaidah minornya juga.
Yang dapat dinyatakan sebagai kaidah keshahihan matan, oleh jumhur ulama dinyatakan sebagai tolok ukur untuk meneliti kepalsuan suatu hadits. Menurut jumhur ulama, tanda-tanda hadits palsu ialah:
1.      Susunan bahasanya rancu.
2.      Isinya bertentangan dengan akal yang sehat dan sangat sulit diinterprasikan secara rasional.
3.      Isinya bertentangan dengan tujuan pokok agama islam.
4.      Isinya bertentangan dengan hukum dan sunnatullah.
5.      Isinya bertentangan dengan sejarah pasti.
6.    Isinya bertentangan dengan petunjuk al-Quran ataupun hadits mutawattir yang telah mengandung suatu peunjuk secara pasti.
7.      Isinya berada di luar kewajaran diukur dari petunjuk umum ajaran islam.
Walaupun butir-butir tolok ukur penelitian matan tersebut tampak menyeluruh, tetapi tingkat akurasinya ditentukan juga oleh ketetapan metodologis dalam penerapannya. Untuk itu kecerdasan, keluasan pengetahuan, dan kecermatan peneliti sangat dituntut.

4.    Langkah-langkah dalam Penelitian Sanad


Prosedur yang dipakaiuntuk mengetahui  kebersambungan sanad adalah:
·      Mencatat semua perowi.
·      Mempelajari semua biografi dan aktifitas keilmuan setiap perowi.
·      Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara perowi dengan perowi terdekat sanad untuk memastikan bahwa 1 perowi pernah bertemu dengan perowi sebelumnya.

5.    Pengertian dan Kedudukan Matan Hadist

Kata matan atau al-Matan menurut bahasa berarti; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli.
Dalam perkembangan karya penulisan ada matan dan ada syarah. Matan disini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat. Sedangkan syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci. Dimaksudkan dalam konteks hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya shahih al-Bukhari di Syarihkan oleh Al-Asqalani dengan namaFath Al-Bari dan lain-lain.
Menurut istilah Matan adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya Sanad. Definisi lain menyebutkan beberapa lafal hadis yang membentuk beberapa makna. Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan para ulama, tetapi intinya sama yaitu materi atau isi berita hadis itu sendiri yang datang dari Nabi Saw.
Misalnya dalam hadist al-Bukhari :
Telah memberitakan kepada ku Muhammad bin al-Mutsanna... dari  Nabi Muhammad Saw sabdanya: Tiga perkara, yang barang siapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman. Yakni: 1) Allah dan Rasulnya hendaklah lebih dicintai dari pada selainnya. 2) Kecintaan kepada seseorang, tak lain karena Allah Swt semata-mata dan 3) Keenggananya kembali kepada kekufuran, seperti keenggananya dicampakkan ke neraka”.
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadist ialah: Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan, Matan hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang). Matan hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan kandungan syariat islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.

6.    Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Matan Hadist


1.    Al-riwayah bi al-ma’na
Terjadi perbedaan tentang boleh dan tidaknya periwayatan secara makna tersirat dari suatu hadist.  Adanya silang pendapat ini tidak menghalangi kemurnian hadist yang datang dari Rasulullah Saw, dikarenakan pendapat mayoritas ulama memperbolehkan periwayatan semacam ini dengan beberapa syarat dan kriteria. Adanya syarat dan kriteria tersebut mengindikasikan bahwa tidak semua orang bisa meriwayatkan hadist secara makna. Pendapat mayoritas ulama yang memperbolehkan al-riwayah bi al-ma’na ini terkesan berhati-hati dengan adanya syarat-syarat tertentu, yaitu:
·      Yang meriwayatkan harus orang yang benar-benar menguasai dan ahli di bidang hadist dengan mengetahui lafadz, arti, makna, dan tujuan kandungan hadist.
·      Yang diriwayatkan secara makna bukan hadist yang sudah di bukukan, bahkan ada pendapat yang mengatakan hanya sebelum masa kodifikasi.
·      Yang diriwayatkan bukan termasuk hal yang ta’abbudi.
·      Yang diriwayatkan bukan termasuk hadist jawami’ul kalim.
·      Perowi secara makna seharusnya mencantumkan redaksi au kama qala, sebagaimana perkataan Nabi Saw.
·      Hanya diperbolehkan bagi perowi yang lupa lafadznya atau kesulitan untuk meriwayatkannya sesuai redaksi asli sehingga tepaksa  meriwayatkan secara makna.
·      Periwayatan tidak sampai bertolak belakang dengan sumber syariat, dengan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

7.    Faktor Pentingnya Penelitian Matan

·         Karena adanya perbedaan matan maka bisa jadi karena perowinya banyak sehingga dari apa yang disampaikan Rasulullah sudah berubah ke perowinya karena banyaknya perowi.
·         Banyaknya pemalsuan hadits setelah Rasul wafat yang terjadi pada zaman Khalifah Ali bin Abi Muthalib.
·         Proses penghimpunan hadits ke dalam kitab-kitab hadits yang memakan waktu cukup lama setelah Rasul wafat.
·          Jumlah kitab hadits yang sangat banyak dengan metode penyusunan yang sangat beragam.
·          Terjadinya periwayatan hadits secara makna.  

8.    Bagian-bagian yang Diteliti Serta Langkah-langkah Penelitian Matan

1)    Perbandingan hadis dengan Al-Qur’an
2)   Perbandingan beberapa riwayat tentang suatu hadis,yaitu perbandingan antara satu riwayat dengan riwayat lainnya
3)   Perbandingan antara matan suatu hadis dengan hadis yang lain
4)   Perbandingan antara matan suatu hadis dengan berbagai kejadian yang dapat dieterima akal sehat, pengamatan panca indera atau berbagai peristiwa sejarah



BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Ø Kata sanad menurut bahasa  ialah sesuatu yang kita bersandar kepadanya, baik itu berupa tembok dan yang lainnya. Kata sanad juga dapat diartikan dengan punggung atau puncak bukit. Dalam istilah ahli hadis, sanad ialah” jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis”. Ulama yang lain misalnya, al-Syayuthi mengatakan bahwa sanad  ialah, menerangkan tentang jalan yang manyampaikan kita kepada matan hadis, ia menyamakan dengan isnad menurut sebagian ulama hadis. Sanad, kadang diartikan thariq(jalan) dan juga wajh, digunakan dalam maksud yang sama.  Sanad memegang peranan penting dalam menentukan keabsahan  suatu hadis, sampai-sampai ia dipandang setengah dari agama.
Ø Kata matan atau al-Matan menurut bahasa berarti; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan yang asli.
Dalam perkembangan karya penulisan ada matan dan ada syarah. Matan disini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat. Sedangkan syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci. Dimaksudkan dalam konteks hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya shahih al-Bukhari di Syarihkan oleh Al-Asqalani dengan namaFath Al-Bari dan lain-lain.
Menurut istilah Matan adalah sesuatu kalimat setelah berakhirnya Sanad. Definisi lain menyebutkan beberapa lafal hadis yang membentuk beberapa makna. Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan para ulama, tetapi intinya sama yaitu materi atau isi berita hadis itu sendiri yang datang dari Nabi Saw.
Ø Perbedaan sanad terjadi karema hadis dari Rasulullah itu perowinya banyak jadi ada yang sanadnya langsung ke Aisyah sebagai perowi terdekat Rasulullah dan ada pula yang melalui beberapa sahabat Rasulullah. Jadi oleh sebab itu mengapa ada hadis dhoif karena bisa jadi perowinya banyak tapi tidak sampai ke Rasulullah.
Ø Terjadi perbedaan tentang boleh dan tidaknya periwayatan secara makna tersirat dari suatu hadist.  Adanya silang pendapat ini tidak menghalangi kemurnian hadist yang datang dari Rasulullah Saw, dikarenakan pendapat mayoritas ulama memperbolehkan periwayatan semacam ini dengan beberapa syarat dan kriteria. Adanya syarat dan kriteria tersebut mengindikasikan bahwa tidak semua orang bisa meriwayatkan hadist secara makna.



DAFTAR PUSTAKA

 M. Alfatih Suryadilaga. 2014. Jakarta. Pengantar Studi Qur’an Hadist
Prof.Dr.Muh.Zuhri. 2003. Yogyakarta. Telaah Matan Hadist : Sebuah Tawaran Metodologis












1 komentar:

  1. How to get to M life Casino & Resort in Cabazon by Bus
    Directions to 나주 출장샵 M life Casino & 서산 출장안마 Resort ( Cabazon, CA) with public transportation. 순천 출장샵 The 안동 출장안마 following transit lines 김천 출장마사지 have routes that pass near

    BalasHapus