Kamis, 08 Oktober 2015

Islam Nusantara Itu Islam Berkemajuan Dalam Konteks Kebangsaan



sumber : http://uin-suka.ac.id/page/berita/detail/1079/islam-nusantara-itu-islam-berkemajuan-dalam-konteks-kebangsaan

Pengasuh Pesantren Tebu Ireng Jombang, KH. Salahuddin Wahid mengatakan, umat Islam sedunia terus mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan keilmuan dan teknologi. Itu karena, berdasarkan studi Rehman dan Askari, Keislaman semua Negara Muslim tidak tinggi. Dari 4 indeks ukuran (Economic Islamicity, Legal and Governance Islamicity, Human and Political Islamicity, International Relation Islamicity), yang didasarkan pada Qur’an dan Sunnah. Hasilnya Keislaman rata-rata Negeri Muslim berada pada nomor 137 dari 208 negara. Indonesia berada pada urutan 140. Negeri Muslim tertinggi adalah Malaysia pada urutan 38. Oleh karenanya, tidak ada lain, umat Islam harus berjuang keras untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan ketertinggalannya.
Hal tersebut disampaikan Salahuddin Wahid dalam seminar yang diselenggarakan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, bertempat di Convention hall, kampus UIN Sunan Kalijaga, Selasa, 6 Oktober 2015. Seminar bertajuk “Islam Nusantara dan Islam berkemajuan untuk Indonesia”, diikuti ratusan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga ini mengadirkan juga Haedar Nashir sebagai nara sumber.
Lebih lanjut Salahuddin Wahid menyampaikan, bagaimana umat Islam harus berjuang mengejar ketertinggalan? Setiap keluarga dan individu Muslim harus melakukan transformasi menuju akhlak mulia. Kenapa dari keluarga? Keluarga adalah benteng paling kokoh dan persemaian paling baik bagi penanaman nilai, budi pekerti, dan akhlak. Sementara kaum Muslim hendaknya tidak hidup secara tertutup, tetapi terbuka, bermartabat dan setara, kata Salahuddin.
Dijelaskan, ajaran Islam sesungguhnya begitu baik, tetapi dalam penerapannya amat kurang. Salah satu cara untuk menerapkan Islam secara baik adalah bertanya pada diri sendiri. Apakah kita sudah berlaku jujur? Padahal Islam amat mengutamakan kejujuran. Seandainya memang kita menyadari belum berlaku jujur, hendaknya kita terus berjuang keras untuk menjadi orang-orang yang jujur. Sementara untuk seluruh umat Muslim Indonesia, untuk mengejar ketertinggalan, dibutuhkan 3 strategi: demokrasi, akhlak dan ilmu. Agar strategi bisa dilakukan diperlukan 7 persyaratan : Kestabilan politik, 1. Kemajuan ekonomi, 3. Pemahaman keagamaan inklusif, 4. Pemikiran keagamaan modern, 5. Mengurangi dometifikasi, 6. Kemandirian, 7. Tagaknya hukum.
Sementara, Dosen Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam (Wakil dekan Bidang Akademik), Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag., menyampaikan, seminar ini dilatarbelakangi oleh pelaksanaan muktamar Nahdlatul Ulama (NU) k eke 33 di Jombang, Jawa Timur (1-5 Agustus 2015) dan Muhammadiyah ke 47 di Makassar, Sulawesi Selatan (3-7 Agustus 2015). Menurut Fahruddin Faiz, tema yang diangkat muktamar NU “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia”, serta tema muktamar Muhammadiyah “Gerakan Pencerahan menuju Indonesia Berkemajuan” membutuhkan implementasi dari jalur pendidikan (terutama pendidikan tinggi Islam). Apalagi tema ini sudah sering menjadi wacana pembicaraan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dijelaskan, Seminar ini merupakan salah satu upaya mendialokkan tema besar Islam Nusantara dan Islam yang berkemajuan. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, sebagai salah satu pusat kajian Islam di Indonesia, diharapkan kontribusinya untuk memetakan problematika Islam Nusantara dan Islam berkemajuan. Ide-ide dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, diharapkan menjadi rujukan dalam aspek pemahaman terhadap Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan.
Berbagai problem misalnya, Islam Indonesia saat ini tidak cukup memiliki infra struktur untuk mencapai kemajuan. Sehingga sering kalah dengan kelompok lain. Islam Indonesia adalah kelompok mayoritas dengan mental minoritas. Menyadari problem-problem seperti ini, maka umat Islam harus berubah dengan visi berkemajuan dalam semua sektor, dengan kesadaran proses-proses manajemen yang modern. Ditambah lagi Islam di Indonesia hendaknya memiliki watak universal yang kuat, namun tidak meninggalkan yang partikular (lokalitas), Inilah yang bisa memajukan Indonesia. Sementara Islam berkemajuan harus seiring dengan konsep negara Indonesia. Yang digambarkan dalam Pembukaan UUD’45. Yakni cita-cita Negara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini hendaknya dipahami oleh umat Islam sehingga mau berpikiran terbuka, jelas Fahruddin Faiz.(Weni Hidayati-Humas UIN Sunan Kalijaga).
sumber : www.uin-suka.ac.id

Hal-hal Yang Mengotori Akidah





KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hal-hal yang Mengotori Akidah” ini sebagai tugas dari mata kuliah Tauhid tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada Bapak M. Jamil ,M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Tauhid yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
 Akhirnya kami mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya kami berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.


Yogyakarta, 8 Oktober 2015


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
a.       Latar Belakang.....................................................................................................................1
b.      Rumusan Masalah................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 2
1.      Pengertian Akidah............................................................................................................... 2
2.      Hal-hal yang Mengotori Akidah......................................................................................... 2
a.       Paham Syirik........................................................................................................... 2
b.      Tahayul dan Khufarat............................................................................................. 5
c.       Tawasul Wal Wasilah............................................................................................. 6
d.      Paham Kebatinan.................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 9
1.      Jawaban Pertanyaan............................................................................................................ 9
2.      Kesimpulan......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 10




 

BAB I
PENDAHULUAN

I.       Latar Belakang   

Islam adalah agama yang sempurna, agama mengatur dengan jelas tata cara menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Kehidupan seseorang berbeda dengan kehidupan orang lain. Masalah datang silih berganti, cobaan  semakin   merapuhkan badan, rintangan semakin di depan dan setiap orang memiliki   cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan setiap masalahnya. Ada yang sesuai dengan akidah seperti tetap berusaha, sabar, tawakal, dan  berdo'a. Begitu pun sebaliknya ada yang menyelesaikan masalahnya    dengan cara-cara yang merusak dan mengotori akidah   diantaranya: syirik, kufur, murtad, nifak   dan   sebagainya.
Di zaman   sekarang ini banyak orang-orang yang memilih   cara-cara yang bertentangan dengan akidah  islam. Yang mereka inginkan    adalah bagaimana masalah tersebut dapat selesai dengan cepat tanpa memikirkan bertentangan tidaknya dengan akidah islam. Misalkan mereka datang ke seorang dukun, menggunakan   jimat dan sebagainya. Mereka seakan lupa dengan hakikat dirinya sebagai hamba Allah yang harus menyembah dan meminta pertolongan   hanya kepada-Nya.
Allah swt melarang dengan keras perbuatan-perbuatan   yang   dapat merusak dan mengotori akidah islamiyah diantaranya melakukan perbuatan syirik, kufur, nifak dan murtad karena perbuatan tersebut   akan menjerumuskan manusia ke dalam neraka.

II.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan akidah ?
2.      Apa saja hal yang mengotori akidah yang mengotori akidah ?



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Akidah
Akidah secara etimologi berasal dari kata ‘Aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini seseorang. Jika dikatakan, “ Dia mempunyai aqidah yang benar, “ Maka akidahnya bebasdari keraguan”.
            Aqidah merupakan perbuatan hati,yaitu kepercayaan hati dan pembenaranya kepada sesuatu.
Aqidah secara syara’ yaitu iman  kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab,dan Rasul-rasulnya, serta kebangkitan/hidup kembali setelah mati dan beriman kepada Qada dan Qadar. Hal ini juga disebut sebagai rukun iman.
            Syari’at dibagi menjadi dua : i’tiqodiyah danamaliah
I’tiqodiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i’tiqod (kepercayaan) terhadap Allah swt dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqod terhadap rukun-rukun iman. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
Sedangkan amaliyah adalah segala yangaberhubungan dengantata cara amal, seperti sholat, zakat, puasa dan seluruhhukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah(cabang agama), karena ia dibangun diatas i’tiqodiah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqodiyah.
Maka aqidah yang benar adalah fundamen dari bangunan agama serta merupakan syarat syahnya amal. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya “ Barang siapa mengharap Perjumpaan dengan Tuhanya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shahih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhanya, (Q.S. Al-Kahfi: 110).
2.      Hal-hal yang Dapat Mengotori Akidah
Dapat kita ketahui bahwa penyelewengan akidah itu banyak bentuknya, akan tetapi di negeri kita yang dianggap paling berbahaya hanya empat yaitu, “Paham syirik, tahayul dan khurafat, tasawul wal wasilah dan yang keempat yaitu paham kebatinan”. Keempat perkara inlah yang harus dibasmi sampai akar-akarnya.
a.    Paham Syirik
1.      Pengertian Syirik
Syirik Menurut bahasa atau etimologi  berasal dari kata :  Ø´َرَÙƒَÙŠَØ´ْرِÙƒُ  Ø´ِرْÙƒًاyang artinya : penyekutuan atau penyerikatan. Menurut istilah atau terminoligi,syirik adalah keyakinan bahwa Allah lebih dari satu. Jadi syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain dalam bentuk perkataan, pegangan, perbuatan dan iktiqad, sehingga ibadah itu tidak ditujukan kepada Allah SWT.
Syirik adalah dosa terbesar seorang manusia yang mendurhakai Allah. Allah Swt berfirman dalam Q.S Luqman: 13 Artinya: “Sesungguhnya syirik itu adalah kedzaliman yang besar”.
Setiap orang beriman harus membasmi paham ini. Inilah yang dibasmi oleh Nabi-Nabi di zaman dahulu. Akan tetapi paham syirik ini masih ada sampai sekarang. Inilah yang dibenci Allah SWT, sehingga Allah berjanji tidak akan mengampuninya dosa-dosa yang syirik itu. Syirik adalah dosa yang tidak akan terampuni oleh Allah. Perbuatan syirik seharusnya dapat dihilangkan dari diri kita. Dalam firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat 116 menjelaskan tentang orang musyik yang dilaknat oleh Allah SWT.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa orang musyrik orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu dan dia (Allah) akan mengampuni dosa-dosa selain ia, bagi barang siapa yang syirik yaitu mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka betul-betul dia telah sesat.Allah sangat murka kepada orang musyrik sehingga apa saja yang mereka kerjakan Allah tidak akan memberinya pahala, agama lama banyak yang mirip agama syirik seperti agama majusi yang ada di negeri Persia adalah agama syirik, mempercayai tuhan lebih dari satu yaitu tuhan gelap dan tuhan terang. Orang hindu mengakui adanya tuhan brahma, wisnu dan siwa begitu halnya dengan agama lain selain islam.
Melihat dari bentuk, dosa-dosa ada tiga bagian. Pertama dosa kecil, yaitu salah lihat, salah dengar salah omong, salah raba dan lain-lain, ini hapus oleh pahala ibadat. Kedua dosa besar, ini harus bertobat baru hapus. Dan yang ketiga dosa yang tidak diampuni Tuhan. Yaitu dosa syirik, dosa durhaka kepada ibu bapak dan yang ketiga ialah dosa orang yang baru akan mati saja baru bertaubat. Dosa syirik itu selain tidak diampuni maka oleh Allah dilarang oleh memintakan ampunan untuknya. Sekalipun nabi sendiri juga dilarang.
2.    Hal-hal yang Termasuk Syirik
·           Mempercayai khayalan sihir
Pada jaman jahiliyah dulu, orang-orang mengingkari ajaran Al-Qur’an karena lebih percaya kepada buku-buku sihir. Pada saat itu Al-Qur’an dianggap tidak dapat memberikan informasi nasib mereka untuk masa ini dan yang akan datang. Dengan percaya primbon atau buku-buku sihir mereka lebih mantap dan dapat menenangkan hati mereka padahal ramalan tersebut itu belum tentu benar. Sihir tidak hanya terdapat pada jaman jahiliyah dulu, tapi masih ada sampai saat ini. Dalam masyarakat saat ini masih banyak yang menggunakan sihir dan masih dipercayai. Contohnya bisa kebal terhadap senjata, bisa menghilang dan masih banyak lagi. Sesungguhnya sihir adalah ilham dan inspirasidari setan yang diperdengarkan kepada pengikutnya. Padahal semua kekuatan atau kelebihan itu selalu datangnya dari Allah Swt. Sehingga orang yang terbujuk oleh rayuan setan itu termasuk orang yang musyrik.
·             Perdukunan
Dukun merupakan pengaplikasian dari penggunaan sihir. Disaat ini masih ada orang yang percaya dengan dukun.
M. Thalib, 100 Karakter Syirik & Jahiliyah (Solo: Ramadhani, 1994), hlm. 60-61                                    
Mereka yang percaya dengan dukun, selalu mempertanyakan nasib, atau meminta mantra agar menjadi sakti bahkan untuk menyembuhkan penyakit. Padahal dengan kita mempercayai hal tersebut maka orang itu termasuk orang yang musyrik. Dan dosanya tidak akan diampuni oleh Allah Swt.
·             Memakai jimat
Jimat atau tamimah biasanya digantungkan di leher, di lengan, di pinggang dan pada tempat-tempat lain untuk tangkal penyakit, atau untuk mendapatkan keberkahan, atau perbuatan dukun-dukun pada zaman jahiliah. Katanya untuk penangkal penyakit, atau untuk pembendung sihir dari orang yang menyihir. Nabi melarang orang menggantungkan jimat pada tubuh orang yang sakit.
·                Guna-guna (do’a pakasih) termasuk syirik
Guna-guna atau pellet yaitu perbuatan yang memakai jampi-jampi dan ramuan untuk membuat seorang perempuan jatuh cinta kepadanya. Atau sebaliknya, laki-laki yang jatuh cinta kepada perempuan. Jampi-jampi yang termasuk syirik ini dilarang oleh nabi saw.
·               Minta berkah kepada kayu atau batu
Lata dan Uzza itu adalah patung yang terdapat di sekeliling ka’bah. Sedangkan munah patung batu yang terletak di atas bukit saffa. Ketiga patung ini dijadikan tempat untuk minta berkah oleh orang-orang musyrik Arab pada zaman jahiliah. Kepada patung inilah mereka duduk bersimpuh, sujud minta berkah. Hal ini termasuk syirik. Begitu juga orang yang memantau di bawah pohon kayu, atau di atas batu besar. Memantau yaitu membawa api kayam (ayam bakar) batih beras rending, kemenyan dan minyak wangi untuk memanggil makhluk halus. Maksudnya minta tolong kepada makhluk ini supaya jangan mengganggu atau untuk mendapatkan apa-apa yang diinginkan.
Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Islam (Jakarta:Rineka Cipta, 1990), hlm. 10-18
·                 Minta hujan kepada bintang termasuk syirik
Minta turun hujan kepada bintang-bintang hukumnya adalah syirik. Menurut kebiasaan orang-orang musyrik makkah pada zaman jahiliah, apabila mereka itu ingin turun hujan, atau ingin panas terik, mereka pergi ke dukun. Oleh dukun dibacakan jampi-jampi minta kepada dewa bintang supaya turun hujan. Atau sebaliknya, apabila hari musim penghujan, maka dukun ini minta supaya hari dipanaskan. Di negeri kita terkenal dengan  “tukang sarang hari”. Perbuatan ini termasuk syirik.

b.            Tahayul dan Khurafat
1.    Pengertian Tahayul dan Khurafat
Tahayul yaitu cerita-cerita bohong, tidka masuk akal dihubungkan dengan akidah. Cerita dan dongeng-dongengan orang dahulu kala. Ini yang paling cepat membekukanotak dan membuat orang menjadi penakut dan pemalas. Ini harus dibasmi oleh setiap orang yang beriman. Cerita-cerita bohong yang tidak masuk akal ini menurut penyelidikan berasal dari peninggalan agama lama, diantaranya agama animis di zaman purba.
Tahayul itu luas, selain dari cerita-cerita yang tidak masuk akal, juga mengenai keutamaan-keutamaan hari dan waktu. Dikatakan , “Kalau akan bepergian jangan berangkat hari Selasa dan hari Sabtu, sebab kedua hari ini adalah sial”, katanya. Begitu juga mengenai waktu. Kalau hendak bepergian hendaklah dimulai jam sekian sampai jam sekian. Cerita dukun-dukun dari zaman neolitikum ini akan merusak akidah, membuat jiwa menjadi kerdil, dan orang-orang menjadi penakut. Oleh karena cerita ini merusak akidah maka harus dibasmi.
Sekarang mari kita lihat pula apa yang dimaksud dengan khurafat. Berbeda dengan tahayul, maka khurafat ini bukan cerita, tetapi kepercayaan kepada yang gaib yang tidak bersumberkan kepada Al-Qur’an dan hadist. Hal-hal ghaib yang menjadi rukun iman dalam islam hanya enam perkara. Yaitu percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat, percaya kepada Rasul, percaya kepada kitab, percaya kepada hari kiamat dan percaya qadha dan qadar. Nasib malang dan mujur itu sudah merupakan ketentuan Allah SWT. Hanya enam tidak lebih dari itu.
Di dalam islam tidak mengenal istilah sakti. Kepercayaan kepada yang ghaib, tidak berdasarka Al-Qur’aan dan hadist, inilah yang disebut khurafat. Ini dilarang. Khurafat ini ada yang berasal dari sisa-sisa agama lama, ada pula yang datang dari agama lain dan ada pula yang tumbuh di kalangan umat islam itu sendiri. Di antara sebab-sebab terjadinya penyelewengan akidah ini maka tahayul dan khurafat ini cukup berbahaya. Hal ini sudah terasa oleh nabi ketika di masih hidup.
Rasullullah pernah mengatakan: Yang paling aku takuti sepeninggal aku ananti ialah. “ Akan ada dalam golongan umatku nanti orang-orang pembohong. Membuat-buat cerita yang tidak berdasarkan Al-Qur’an dan hadist”. Kata Nabi selajutnya, “ Barangsiapa yang berbuat bohong terhadap apa yang aku Sampaikan, maka untuknya disediakan tempat duduknya dalam neraka”.
Selain dari mengenai peristiwa di akhirat maka khurafat ini juga ada yang mengenai percaya tentang adanya Jin laut bagi orang-orang yang bertempat tingal di pantai. Percaya tentang adanya orang halus yang bertempat di gunung-gunung, atau di atas bukit batu, atau di dalam goa-goa gelap yang mengerika juga tentang betuahnya binatang peliharaan. Begitu juga tentang kisah akan munculnya Al Mahdi. Hal ini betul-betul merupakan khurafat yang berbahaya. Berdasarkan inilah timbulnya nabi-nabi palsu yang akhir-akhir ini jumlahnya meningkat. Semua ini adalah khurafat karena tidak berdasarkan Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. Sebab itu harus dibasmi karena termasuk penyelewengan akidah.

c.    Tawasul Wal Wasilah
1.    Pengertian Tawasul Wal Wasilah
Tawasul yaitu berdo’a kepada Allah dengan memakai perantara. Ada yang dengan perantaraan amal saleh, ada yang dengan perantaraan orang yang masih hidup, dan ada pula dengan perantaan orang sudah meninggal. Yang terakhir ini yang dilarang. Orang yang bertawasul kepada pekuburan orang-orang yang keramat itu adalah sisa-sisa dari peninggalan dari orang-orang musyrik pada zaman Nabi Nuh a.s.
Orang-orang Makkah pada zaman jahilliah masih mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Maha Tinggi. Yang menjadikan langit dan bumi dan yang menjadikan alam semesta ini. Tapi disamping Allah ada Tuhan-Tuhan lain yang mereka sembah. Menurut anggapan orang-orang musyrik Makkah ketika itu Allah disamakan dengan raja-raja di dunia. Mempunyai pegawai, mempunyai pengiring, mempunyai pembantu.
Demikian juga nenek moyang kita zaman dahulu, yang hidup pada zaman animisme. Mereka menyembah kayu besa, batu-batu besar, ke tempat-tempat yang dianggap sakti, karena menurut anggapan mereka di sinilah bertempatnya orang-orang halus yang akan menolong menyampaikan do’a atau permintaannya itu kepada Yang Mempunyai Kekuasaan Tinggi Yang Maha Ghaib. Bila melihat dari bentuk maka tawasul itu ada tiga macam. Pertama, bertawasul kepada amal saleh yang pernah dikerjakan. Dengan mengemukakan amal saleh ini maka Allah akan lebih cepat mengabulkannya. Hal ini boleh dikerjakan. Kedua, bertawasul dengan orang yang masih hidup. Ini juga boleh. Umpama seorang berdo’a, dan orang-orang yang selebihnya itu mengaminkan do’a yang dibacanya itu. Ini sering terjadi di waktu diadakan upacara-upacara,di waktu kenduri, dan di tempat-tempat walimah, atau pesta-pesta keramaian dan lain sebagainya. Hal ini boleh berdasarkan kias dari hadist Nabi SAW.
Ketiga, bertawasul kepada orang yang telah meninggal. Bertawasul kepada orang yang telah meninggal dilarang oleh Nabi SAW. Yang diperbolehkan di perkuburan adalah berziarah, berdo’a, dan bersahalawat. Tidak boleh bertawasul, minta do’akan kepada Allah oleh beliau yang berkubur di tempat ini. Kalau berdo’a harus langsung kepada Allah. Tidak boleh melalui perantara, baik dengan beliau yang berkubur di perkuburan atau dengan perantara binatang-binatang sebagaimana yang diperbuat oleh orang-orang musyrik Makkah di zaman jahiliah. Atau dengan perantara orang halus yang bersemayam di gunung-gunung atau tempat yang dianggap keramat.

d.    Paham Kebatinan
1.    Pengertian Paham Kebatianan
Menurut Prof. Muhammad Al Maraghi paham kebatinan inilah yang paling berbahaya dalam Islam. Paham kebatinan berarti anggapan bahwa ada orang-orang yang suci, sifat-sifat Allah menjelma dalam diri seseoran. Atau mengatakan bahwa Allah itu menjelma dalam dirinya. Aliran inilah yang paling banyak mengorbankan tentara daulat Bani Abbas di masa dulu.
Paham ini terdapat pada setiap masa di tempat yang terpancar-pancar dalam dunia islam. Juga merupakan penyakit kronis masyarakat Islam, penyakit yang tidak sembuh-sembuhnya sampai sekarang. Kebatinan yaitu suatu anggapan bahwa sifat-sifat Tuhan itu menjelma dalam diri manusia, sehingga ada orang itu yang dianggap suci.
Anggapan bahwa salah satu sifat Tuhan yang 99 itu menjelma dalam diri seseorang, sehingga dianggap ada orang yang suci. Ada beberapa macam kebatinan, antara lain :
1.        Ismailiah
Paham ini sudah sangat menonjol. Di atas sudah diterangkan bahwa mereka menganggap ada manusia yang suci disamakan dengan Malaikat. Mereka ini selalu menunggu-nunggu kedatangan Al Mahdi. Karbela adalah tempat suci mazhab Syi’ah aliran Ismailiah.
2.        Al Khuramiah
Karena mereka menganggap dirinya itu suci, sifat-sifat Allah telah bersatu dengan mereka itu, maka mereka merasa tidak perlu lagi sembahyang, tidak perlu lagi puasa, tidak perlu lagi mengeluarkan zakat dan haji ke Mekah. Mereka itu (katanya) sudah suci. Bagi mereka itu tidak apa-apa berbuat zina dan segala apa yang dilarang oleh Allah. Di sini pula jeleknya aliran ini. Kalau sudah suci maka apa saja yang diperbuat maka (katanya) dia tidak berdosa lagi. Kalau paham kebatinan sudah sampai ke tingkat ini maka hukumnya adalah murtad.


3.        Al Mazayariyah
Dalam aliran ini, karena mereka menganggap bahwa mereka orang suci dengan bertahlil, maka mereka boleh memperbuat segala apa yang dilarang. Mereka menganggap bahwa mereka tidak berdosa lagi memperbuat apa yang mereka inginkan.
4.        Al Quramithah
Karena mereka menganggap diri mereka suci, sifat-sifat Allah menjelma dalam sifat mereka, maka mereka ini menganggap selain dari golongan mereka itu adalah orang yang berdosa, orang kotor dan orang kafir. Oleh sebab itu harus dimusnahkan. Mereka membuat kerusuhan di mana-mana.
5.        Al Hasyasyun
Aliran inilah yang sangat meruncing kepercayaannya kepada dua belas orang iman. Demikian juga terhadap munculnya Al Mahdi. Menurut catatan sejarah aliran kebatinan inilah yang paling banyak menimbulkan kerusuhan-kerusuhan, pembunuhan sesama muslim, membakar mas-haf dan masjid-masjid dan rumah-rumah ibadat lainnya.


BAB III
PENUTUP

a.    Jawaban Pertanyaan
Aqidah secara syara’ yaitu iman  kepada Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab,dan Rasul-rasulnya, serta kebangkitan/hidup kembali setelah mati dan beriman kepada Qada dan Qadar. Dan hal-hal yang dapat mengotori aqidah yaitu paham syirik, tahayul dan khurafat, tasawul wal wasilah dan yang keempat yaitu paham kebatinan
Syirik adalah sifat seseorang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain dalam bentuk kata, pegangan, perbuatan dan iktiqad, sehingga ibadah itu tidak ditujukan kepada Allah SWT. Syirik adalah dosa terbesar seorang manusia yang mendurhakai Allah.
Yang dimaksud dengan tahayul adalah cerita-cerita bohong yang dihubungkan dengan akidah. Banyak yang bersifat menakut-nakuti. Cerita-cerita tersebut muncul bukan bukan dari ajaran islam, tapi berasal dari cerita-cerita dukun di zaman purba. Sedangkan khurafat bukan cerita, melainkan kepercayaan kepada yang ghaib, tapi tidak berdasarkan Al-Qur’an dan hadist.
Tawasul yaitu berdo’a kepada Allah dengan memakai perantara. Ada yang dengan perantaraan amal saleh, ada yang dengan perantaraan orang yang masih hidup, dan ada pula dengan perantaan orang sudah meninggal. Yang terakhir ini yang dilarang.
 Paham kebatinan yaitu suatu anggapan bahwa sifat-sifat Tuhan itu menjelma dalam diri manusia, sehingga ada orang itu yang dianggap suci. Hal ini adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
b.   Kesimpulan
Sebenarnya akidah itu hanya satu, yaitu meyakini tentang ke-esaan Allah, dan adanya pembalasan dari Yang Maha Ghaib. Rasul-rasul itu diutus oleh Tuhan ialah untuk memurnikan kembali akidah yang telah rusak dibawa oleh arus perkembangan zaman. Oleh karena tidak ada lagi Nabi sesudah Muhammad, maka ulamalah yang akan memikul tugas berat ini.
Di dalam makalah ini telah dijelaskan secara ringkas mengenai paham syirik, tahayul atau khurafat, tawasul wal wasilah dan apa yang di maksud pula dengan paham kebatinan serta apa yang menyebabkannya. Dalam hal ini tidak ada jalan lain yang harus ditempuh selain dari meningkatkan ke-imanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan mengamalkan Al-Qur’an itu secara tuntas, menegakkan keadilan dan berakhlak seperti akhlaknya Rasulullah SAW.


                                       DAFTAR PUSTAKA
Muhammad AL-Ghazali, Aqidah Al-muslim, (kwait, Dar Al-bayan, 1970).
Aji Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluhiyah, (Media Insani Press 2013).
Halimudin, S.H., Kembali Kepada Akidah Islam, Rineka Cipta.